UPTD PPA – Makassar – Seiring dengan meningkatnya angka kekerasan yang menimpa anak pasca perceraian, baik itu berupa penelantaran, sengketa hak asuh anak, dan persoalan lainnya membuat DP3A – UPTD PPA berupaya mencari jalan keluar yang inovatif. Dari data laporan UPTD PPA, setidanya ada peningkatan sekitar 25.5% dari tahun 2021 sebanyak 73 kasus menjadi 88 kasus di tahun 2022. sementara untuk tahun 2023, sampai dengan akhir Juli sudah tercatat 55 kasus.
Berdasarkan persoalan tersebut, dirumuskanalah upaya solusi berupa inovasi PACAR MANIS, akronim dari Perlindungan Anak Pasca Perceraian melalui Sinergi dan Kolaborasi. Inovasi ini merupakan gagasan aksi perubahan dari Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) Angkatan XII Kota Makassar yang diikuti oleh Kepala UPTD PPA Muslimin Hasbullah. Inovasi ini telah disosialisasikan pada pertemuan antara Tim Jejaring pada Senin (21/8) di Red Corner Cafe.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Makassar Achi Soleman yang membuka acara tersebut memberi apresiasi sekaligus harapan agar inovasi ini bisa dikembangkan bersama oleh jejaring perlindungan anak di Kota Makassar. “Inovasi ini kita harapkan menjadi jawaban atas banyaknya peroslan anak pasca perceraian, dimana angka perceraian ini cukup tinggi” ujar Achi.

Sementara dari Narasumber yaitu Dr. Nur Ilham, S.Psi, MH, yang juga merupakan widyaiswara BPSDM Prov. Sulsel juga memberi penekanan akan pentingnya suatu sistem perlindungan anak pasca perceraian yang melibatkan semua stakeholder. d”Dampak dari perceraian ini cukup besar, tidak hanya pada aspek materi tetapi lebih pada perhatian kita terhadap tumbuh kembang anak, dari aspek dukungan psikologis dan pengasuhan yang layak” ujarnya.
Gagasan inovasi ini juga mendapat tanggapan yang cukup dinamis dari peserta yang umumnya memberi support untuk segera dimatangkan konsepnya secara operasional, baik berupa ikatan kerjasama, mekanisme layanan, dan dukungan masing-masing pihak yang perlu dipetakan, serta praktek uji coba pada kasus tertentu semisal ASN yang dianggap lebih mudah dikontrol pekerjaan dan gaji orangtua untuk kebutuhan anak-anaknya.
(mienk).